Kelahiran Kembali Alam Semesta

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Kelahiran Kembali Alam Semesta

Saturday, April 27, 2019

Pola-pola sirkuler pada latar radiasi keseluruhan alam semesta mengindikasikan bahwa Ledakan Dahsyat (Big Bang) hanya merupakan bab terakhir dari sebuah rentetan proses penciptaan.

pola sirkuler pada latar radiasi keseluruhan alam semesta mengindikasikan bahwa Ledakan Da Kelahiran Kembali Alam Semesta

Kebanyakan kosmolog menelusuri kelahiran alam semesta hingga ke Ledakan Dahsyat 13,7 milyar tahun lalu. Namun analisis gres terhadap sisa-sisa radiasi yg dihasilkan oleh insiden ledakan tersebut mengindikasikan bahwa alam semesta mulai diciptakan milyaran tahun sebelumnya & telah melalui banyak sekali insiden kelahiran & kematian, & Ledakan Dahsyat hanya merupakan insiden terakhir pada rentetan ledakan-ledakan pencetus.

Pemikiran mengejutkan tersebut yg dikemukakan oleh fisikawan teoritis Roger Penrose dari Universitas Oxford di Inggris & Vahe Gurzadyan dari Institut Fisika Yerevan & Universitas Yerevan di Armenia, melawan arus teori stkamur kosmologi yg dikenal dengan inflasi / inflation.

Para peneliti mendasarkan inovasi mereka pada pola-pola sirkuler yg mereka temukan pada latar gelombang mikro (microwave) alam semesta ialah cahaya gelombang mikro yg tersisa dari Ledakan Dahsyat. Elemen-elemen sirkulernya mengindikasikan bahwa alam semesta itu sendiri terjadwal melewati periode-periode selesai & awal, tegas Penrose & Gurzadyan.

Elemen-elemen sirkuler tersebut merupakan kawasan di mana variasi-variasi temperatur dalam latar keseragaman gelombak mikro lainnya lebih kecil dari rata-rata. Penrose menyampaikan bahwa elemen-elemen tersebut tidak sanggup dijelaskan oleh teori inflasi yg sangat sukses tersebut, yg menghipotesakan bahwa alam semesta yg gres tercipta mengalami semburan pertanaman yg sangat besar, membalon dari sesuatu pada skala ukuran sebuah atom menjadi berukuran satu buah anggur selama sepersekian detik pertama alam semesta. Inflasi akan menghapus pola-pola ibarat itu.

"Keberadaan elemen-elemen koheren berskala besar pada latar gelombang mikro bentuk ini, nampaknya akan berkontradiksi dengan model inflasioner & akan menjadi penkamu yg sangat berbeda dari model Penrose ihwal alam semesta siklik," kosmolog David Spergel dari Universitas Princeton berkomentar. Namun, ia menambahkan, "Makalah tersebut tidak menawarkan cukup rincian mengenai analisis untuk menilai realitas lingkaran-lingkaran ini." Demikian ibarat yg dikutip dari ScienceNews (26/11/10).

Penrose menginterpretasikan lingkaran-lingkaran tersebut sebagai sesuatu yg menyediakan sarana untuk melihat ke masa lalu, melewati tembok beling Ledakan Dahsyat paling terakhir, menuju periode alam semesta sebelumnya. Dia mengemukakan bahwa lingkaran-lingkaran tersebut dihasilkan oleh goresan antara lubang-lubang hitam raksasa yg terjadi selama periode sebelumnya tersebut. Tabrakan lubang-lubang hitam akan membuat disonansi gelombang gravitasional yg berdesir dalam waktu ruang dikarenakan akselerasi massa raksasa tersebut. Gelombang-gelombang itu akan terdestribusi secara sirkuler & seragam.

Menurut rincian matematis yg dikerjakan Penrose, dikala distribusi seragam gelombang gravitasional dari periode sebelumnya tersebut memasuki periode sekarang, mereka terkonversi ke dalam pulsa energi. Pulsa tersebut menyediakan satu ten&gan seragam ke porsi materi gelap yg merupakan material tak kelihatan yg membentuk lebih dari 80 persen massa alam semesta.

"Oleh lantaran itu material bahan gelap di sepanjang ledakan tersebut mempunyai ciri seragam ini," tutur Penrose. "Inilah yg terlihat sebagai sebuah bulat pada langit latar gelombang mikro alam semesta kita, & hal tersebut seharusnya terlihat ibarat bulat yg cukup seragam."

Setiap bulat mempunyai variasi temperatur lebih rendah dari rata-rata, ibarat yg ia & Gurzadyan temukan dikala mereka menganalisa data dari peralatan luar angkasa Wilkinson Microwave Anisotropy Probe milik NASA, disingkat WMAP, yg memindai keseluruhan langit selama sembilan tahun, & eksperimen balloon-borne BOOMERANG yg meneliti latar gelombang mikro di sebagian kecil alam semesta.

Oleh lantaran tim tersebut menemukan elemen-elemen sirkuler yg sama dengan menggunakan dua detektor, Penrose menyampaikan mustahil ia & para koleganya tertipu oleh noise instrumental / benda-benda lainnya.

Namun Spergel menyampaikan bahwa ia kuatir jangan-jangan tim tersebut belum memperhitungkan variasi tingkat noise data WMAP yg didapatkan dari bagian-bagian langit yg berbeda. WMAP mengusut aneka macam kawasan langit dengan alokasi waktu yg tidak sama. Peta-peta latar gelombang mikro yg dihasilkan dari daerah-daerah tersebut mempelajari yg terlama mempunyai noise lebih rendah & variasi-variasi lebih kecil yg terekam pada temperatur cahaya gelombang mikro tersebut. Peta-peta dengan noise yg lebih rendah tersebut secara artifisial sanggup menghasilkan lingkaran-lingkaran yg Penrose & Gurzadyan atribusikan ke model alam semesta siklik mereka, kata Spergel.

Peta gres latar gelombang mikro alam semesta yg lebih rinci, yg kini se&g dikerjakan oleh the European Space Agency’s Planck mission, bisa, menyediakan uji yg lebih definitif terhadap teori tersebut, tutur Penrose.

Penemuan kontroversial tersebut dipublikasikan di arXiv.org (17/11/10).

http://arxiv.org/abs/1011.3706

Kategori Terkait:

Informasi Terkait: