Deteksi Awal Kanker Paru-Paru
Minggu, 27 April 2025

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Deteksi Awal Kanker Paru-Paru

Wednesday, June 19, 2019

Para peneliti dari Universitas Northwestern & Universitas North Shore membuatkan metode untuk mendeteksi gejala-gejala awal kanker paru-paru dengan menyidik sel-sel pipi insan dengan menggunakan teknologi biofotonik.

Para peneliti dari Universitas Northwestern & Universitas North Shore membuatkan meto Deteksi Awal Kanker Paru-Paru

"Dengan menyidik lapisan pipi dengan teknologi optik ini, kita mempunyai kemungkinan untuk mendeteksi awal para pasien yg mempunyai resiko tinggi terkena kanker paru-paru ibarat para perokok, & mengidentifikasi orang-orang yg memerlukan uji yg lebih mahal & mendalam dibandingkan dengan mereka yg tidak memerlukan uji tambahan2," kata Hemant K. Roy, M.D. yg merupakan eksekutif penelitian gastroenterologi di NorthShore.

Teknik optik itu disebut spektroskopi gelombang parsial (SGP) mikroskopi & dikembangan oleh Vadim Backman yg merupakan seorang profesor teknik biomedis di Sekolah Teknik & Sains Terapan McCormick Northwestern. Sebelumnya Backman & Roy menggunakan SGP untuk menilai resiko kanker usus besar & kanker pankreas dengan hasil yg menjanjikan juga.

Penemuan mengenai kanker paru-paru tersebut dipublikasikan lewat internet pada tanggal 5 Oktober kemarin di jurnal Penelitian Kanker. Makalahnya akan dicetak pada edisi 15 Oktober.

Kanker paru-paru merupakan penyebab utama janjkematian sebab kanker di Amerika Serikat. Tingkat kelangsungan hidup menjadi tinggi dengan bedah reseksi (pengangkatan tumor), tapi hanya jikalau terdeteksi pada tahap awal. Saat ini tak ada tes-tes yg disarankan bagi masyarakat untuk mendeteksi kanker paru-paru dini. Penyakit ini sudah pada tahap yg lebih tinggi dikala kebanyakan pasien kanker paru-paru mengatakan gejala-gejala. Tingkat kelangsungan hidup lima tahun untuk pasien kanker paru hanya 15 persen.

SGP bisa, mendeteksi fitur sel yg berukuran sampai 20 nanometer yg mengungkap perbedaan dalam sel-sel yg tampak normal dengan menggunakan teknik mikroskopi stkamur. Uji berbasis SGP mekhasiatkan "efek me&" yg merupakan fenomena biologis di mana sel-sel yg terletak pada jarak tertentu dari tumor ganas / pra-ganas mengalami perubahan2 molekular & lainnya.

"Terlepas dari fakta bahwa sel-sel ini terlihat normal dengan mikroskop stkamur yg menggambarkan arsitektur sel pada skala mikro, sebetulnya ada perubahan2 besar dalam arsitektur berskala nano sel tersebut," ujar Backman. "SGP mengukur kekuatan gangguan organisasi skala nano sel tersebut yg telah kita menetapkan menjadi salah satu dari tkamu-tkamu awal karsinogenesis & merupakan penkamu berpengaruh bagi keberadaan kanker dalam organ tubuh."

"SGP merupakan suatu perubahan2 paradigma yg dalam hal ini kita tidak perlu menyidik tumor itu untuk memilih keberadaan kanker," tambah Hariharan Subramanian yg merupakan rekan peneliti di laboratorium Backman yg mempunyai tugas penting dalam pengembangan teknologi tersebut.

Setelah menguji teknologi itu dalam percobaan skala kecil, Roy & Backman memfokuskan studi tersebut pada para perokok sebab merokok merupakan faktor resiko utama yg berhu.bungan dengan 90 persen para pasien kanker paru-paru. "Gagasan dasarnya adalah bahwa merokok tak hanya berdampak pada paru-paru tapi kanal nafas keseluruhan," kata Roy.

Penelitian tersebut mengikutsertakan 135 partisipan termasuk kelompok 63 perokok yg menderita kanker paru-paru & 37 perokok yg menderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), 13 perokok yg tidak terkena PPOK serta kelompok 22 orang yg bukan perokok. Penelitian ini tidak dibaurkan dengan faktor-faktor demografi ibarat tingkat merokok, umur / jenis kelamin. Yang penting tes tersebut rata-rata sensitif terhadap kanker pada semua tahap termasuk kanker awal yg bisa, disembuhkan.

Para peneliti menyeka cuilan dalam verbal para pasien & kemudian sel-sel pipi ditempatkan ke dalam beling mikroskop, diperbaiki dengan etanol kemudian dipindai dengan SGP untuk mengukur kekuatan gangguan arsitektur nano sel. Hasilnya kasatmata meningkat (lebih dari 50 persen) pada pasien yg menderita kanker paru-paru ketimbang para perokok yg tidak menderita kanker.

Penilaian lebih jauh karakteristik-karakteristik performa "kekuatan gangguan" tersebut (sebaga penkamu biologis) mengatakan lebih dari 80 persen ketepatan dalam membedakan pasien-pasien kanker dalam ketiga kelompok tersebut.

"Hasil tersebut ibarat dengan teknik skrining kanker yg sukses lainnya, ibarat pap smear," ujar Backman. "Tujuan kita adalah untuk membuatkan suatu teknik yg bisa, meningkatkan pendeteksian kanker-kanker lainnya dalam rangka menyediakan perawatan dini sama ibarat pap smear yg secara drastis meningkatkan rasio kelangsungan hidup bagi para penderita kanker servik."

SGP memerlukan pengujian validasi berskala besar. Jika SGP tetap terbukti efektif dalam uji klinis pendeteksian dini kanker, Backman & Roy yakin bahwa SGP berpotensi untuk dipakai sebagai metode pra-skrining yg mengidentifikasi pasien-pasien dengan resiko tinggi yg mungkin membutuhkan uji yg lebih komprehensif ibarat bronkoskopi / CT scan kecil.

Kategori Terkait:

Loading