Basis Genetik Kerontokan Rambut
Sabtu, 26 April 2025

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Basis Genetik Kerontokan Rambut

Friday, June 7, 2019

Penemuan penyebab kedua paling umum dari bentuk kerontokan rambut sehabis contoh kebotakan pria.

Penemuan penyebab kedua paling umum dari bentuk kerontokan rambut sehabis contoh kebotakan p Basis Genetik Kerontokan Rambut

Pada tahun 1996, rambut Ibu Christiano tiba-tiba mulai rontok yg menyebabkan kulit kepalanya terlihat menyerupai tambalan-tambalan kebotakan. Kondisi tersebut didiagnosa sebagai alopecia areata yg menyerang sekitar 2 persen populasi keseluruhan termasuk lebih dari 5,3 juta orang di Amerika Serikat.

Karena ia bergumul dengan penyakit tersebut, Ibu Christiano yg tergabung dalam potongan Dermatologi serta Pengembangan & Genetika di Pusat Medis Universitas Columbia memutuskan untuk mempelajari kerontokan rambut.

"Saya melihat literaturnya & menyadari betapa sedikit yg diketahui ihwal gen yg mengontrol pertanaman rambut," katanya. "Saya tak percaya bahwa penyakit saya ini sangat tidak diketahui."

Awal tahun ini, satu tim peneliti internasional yg dipimpin oleh Christiano menemukan bahwa gen-gen imun yg dibawa oleh para pasien alopecia areata hampir identik dengan yg dibawa oleh pasien-pasien yg menderita artrisis reumatoid, diabetes tipe 1 & penyakit celiac. Penelitian tersebut dipublikasikan pada edisi 1 Juli Nature.

Christiano yg merupakan profesor the Richard and Mildred Rhodebeck kini berharap bahwa obat-obatan yg dipakai untuk merawat penyakit tersebut khususnya artritis reumatoid mungkin juga dipakai untuk merawat alopecia areata. Tim tersebut berharap memulai uji klinis tahun depan.

Tidak menyerupai contoh kebotakan pria, alopecia areata mempunyai serangan tiba-tiba & seringkali ditkamui dengan kerontokan rambut seluruh badan termasuk alis mata, bulu mata & kaki. (Kata "alopecia" berasal dari kata dalam bahasa Yunani "fox" yaitu binatang yg rambutnya selalu rontok). Penyakit ini diklasifikasikan sebagai gangguan otoimun yg berarti disebabkan ketika imun / kekebalan badan menyerang organ-organnya sendiri, dalam kasus ini folikel-folikel rambut.

Para peneliti menemukan bahwa satu gen yg disebut ULBP3 berfungsi sebagai lentera rumah bagi sel-sel imun pembunuh. ULBP3 tidak aktif pada folikel rambut normal tapi aktif pada folikel alopecia areata. Dalam keadaan aktif, ULBP3 menarik sel-sel imun pembunuh dengan reseptor yg disebut NKG2D yg memicu serangan otoimun.

Christiano & rekannya Raphael Clynes yg merupakan ajudan profesor kedokteran & mikrobiologi di sentra medis tersebut kini se&g mencoba menemukan cara untuk memoderasi respon tersebut.

"Hal yg gampang dilakukan adalah memblokir reseptor NKG2D dengan obat-obatan antibodi tertentu yg se&g dikembangkan," kata Clynes. "Taktik lainnya adalah menggunakan reseptor larut yg memblokir interaksi antara sel-sel pembunuh & sinyal dari ULBP3 yg mengisyaratkan untuk dibunuh."

Sebagai tambahan2 pada persoalan kerontokan rambut, Christiano mempelajari hipertrikosis / pertanaman rambut yg berlebihan. Dia mengambil Ph.D-nya dalam bi&g genetika di Universitas Rutgers & dulunya merupakan mahasiswi pos-doktoral dalam bi&g dermatologi di Pusat Medis Jefferson di Philadelphia kawasan ia melaksanakan penelitian pada epidermolisis bulosa yg merupakan gangguan blister / lepuh yg berpotensi fatal.

Kerontokan rambut ada di antara penyakit kulit yg sangat merusak secara emosional sebagaimana dampaknya pada kualitas kehidupan, kata Christiano. Dia menyampaikan untuk ketika ini ada cita-cita bagi para pasien alopecia lantaran penyakit tersebut mempunyai penyebab genetik yg berarti bahwa penyembuhan mungkin se&g dalam perjalanan.

Sekarang Christiano mempunyai rambut hitam bergelombang utuh di kepala. Setelah dua tahun perawatan dengan steroid, kondisinya terbalik dengan sendirinya. Namun ia masih secara emosional terhubung dengan penyakit tersebut.

Dia baru-baru saja berbicara di konfrensi pasien Yayasan Nasional Alopecia di Indianapolis. Setelah menawarkan ceramah ke beberapa ratus pasien alopecia, banyak orang menitikkan air mata, begitu juga dengan dia.

"Mereka kesudahannya bisa, membicarakan ihwal gen," katanya. "Mereka merasa dikuatkan."

Kategori Terkait:

Informasi Terkait:

Loading