Mekhasiatkan Tenaga Listrik Otak
Senin, 28 April 2025

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Mekhasiatkan Tenaga Listrik Otak

Saturday, May 18, 2019

Dengan menggunakan teknologi yg mekhasiatkan tenaga listrik otak, seorang pasien yg mengalami kelumpuhan suatu hari bisa, "memikirkan" kakinya untuk bergerak.

Dengan menggunakan teknologi yg mekhasiatkan tenaga listrik otak Mekhasiatkan Tenaga Listrik Otak

Para peneliti di Universitas California bab Neurosains Komputasional telah membuatkan teknologi yg untuk pertama kalinya memperkenankan para dokter & ilmuwan untuk secara non invasif mengisolasi & mengukur aktifitas listrik otak pada orang-orang yg se&g bergerak.

Teknologi ini merupakan komponen kunci sejenis antarmuka komputer otak yg akan memungkinkan eksoskeleton robotik yg dikontrol oleh pikiran pasien untuk menggerakkan anggota ba& pasien tersebut, kata Daniel Ferris yg merupakan profesor di School of Kinesiology Universitas Michigan & penulis makalah yg menjabarkan penelitian tersebut.

"Tentu saja hal tersebut tidak akan eksklusif terjadi tapi satu langkah menuju situasi di mana hal itu mungkin dilakukan yaitu kemampuan untuk merekam gelombang otak ketika seseorang se&g bergerak," kata Joe Gwin yg merupakan penulis pertama makalah tersebut & seorang lulusan peneliti mahasiswa tingkat doktoral di School of Kinesiology & Bagian Mekanika Rekayasa. Demikian mirip yg dikutip dari Physorg, Selasa (02/11/10).

Dengan teknologi ini, para ilmuwan sanggup menyampaikan bagian-bagian otak yg diaktifkan & tepatnya kapan bagian-bagian tersebut diaktifkan ketika para subyek bergerak dalam lingkungan alami. Sebagai contoh, ketika kita berjalan, sinyal-sinyal yg berasal dari bagian-bagian tertentu di otak yg berfungsi sebagai pesan akan dikirimkan dari otak menuju otot-otot. Jika para ilmuwan mengetahui di mana impuls otak terjadi, mereka bisa, menggunakan isu letak tersebut untuk membuatkan banyak sekali aplikasi. Sebelumnya para ilmuwan hanya bisa, mengukur aktifitas listrik otak pada pasien-pasien yg tidak bergerak.

Ferris mengibaratkan pengisolasian aktifitas listrik otak ini mirip menempatkan sebuah mikrofon di tengah-tengah sebuah simfoni untuk membedakan hanya instrumen-instrumen tertentu di wilayah-wilayah tertentu, contohnya obo di dingklik pertama, / biola. Selayaknya dalam sebuah orkestra, ada banyak sumber bunyi dalam otak yg menghasilkan aktifitas listrik berlebihan, / derau. Bahkan elektroda itu sendiri menghasilkan derau / noise ketika bergerak dalam kaitan dengan sumbernya.

Para peneliti mengidentifikasi aktifitas otak yg akan diukur dengan cara melekatkan banyak sensor ke subyek yg se&g berjalan / berlari pada peralatan treadmill. Kemudian mereka menggunakan pencitraan resonansi magnetik pada bab kepala untuk mengetahui dari bab otak mana aktifitas listrik tersebut berasal. Dengan cara ini, para ilmuwan bisa, melokalisasi sumber-sumber aktifitas otak yg ingin diketahui & mengabaikan aktifitas lain kalau tidak berasal dari otak.

Ferris yg juga mempunyai posisi di rekayasa biomedis menyampaikan ada sekumpulan alasan para ilmuwan bisa, melaksanakan tipe pengukuran ini kini ketika hal tersebut tak mungkin dilakukan beberapa tahun lalu. Para kolega di Swartz Center for Computational Neuroscience menemukan peralatan komputasional untuk melaksanakan pengukuran secara non invasif pada orang-orang, & tanpa peralatan tersebut pengukurannya menjadi sesuatu yg mustahil untuk dilakukan. Kedua kelompok peneliti kemudian berusaha ke depan & mencoba pengukuran tersebut pada subyek-subyek yg se&g berjalan / berlari.

Lagi pula, elektroda sudah lebih sensitif & mempunyai sinyal yg lebih baik terhadap rasio derau, katanya.

Pihak militer juga tertarik dengan jenis teknologi ini yg bisa, dipakai untuk mengoptimalkan performa tentara dengan cara memonitor aktifitas otak para tentara di lapangan untuk mengetahui kapan para tentara se&g dalam performa puncak. Teknologi tersebut bisa, juga membantu pihak militer memahami bagaimana isu bisa, dengan cara terbaik diberikan & ditangani oleh para tentara.

Malahan, industri / organisasi manapun yg tertarik untuk memahami bagaimana otak & badan berinteraksi, bisa, mengambil khasiat dengan mengetahui bagaimana otak berfungsi selama melaksanakan aktifitas yg ditentukan.

"Kami bisa, membaygkan otak para pasien dengan jenis gangguan neurologis berbeda, & kami mungkin bisa, menargetkan rehabilitasi kepada kelompok pasien yg menyampaikan gejala-gejala yg sama," tutur Gwin. "Jika kita bisa, membaygkan otak tersebut dikala menjalani beberapa rehabilitasi ini, kami bisa, mendesain perawatan-perawatan yg lebih baik."

Studi ini dipublikasikan di jurnal Frontiers.

http://www.frontiersin.org/human_neuroscience/10.3389/fnhum.2010.00202/abstract

Kategori Terkait:

Informasi Terkait:

Loading