Latihan Menulis Bantu Perempuan Atasi Stereotipe Gender
Senin, 14 April 2025

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Latihan Menulis Bantu Perempuan Atasi Stereotipe Gender

Sunday, April 28, 2019

Latihan menulis singkat sanggup membantu para perempuan di kelas fisika perguruan tinggi untuk meningkatkan performa akademik mereka serta mengurangi beberapa perbedaan antara mahasiswa & mahasiswi, berdasarkan penelitian baru.

Latihan menulis singkat sanggup membantu para perempuan di kelas fisika perguruan tinggi untuk  Latihan Menulis Bantu Wanita Atasi Stereotipe Gender
Foto: Wikimedia

Latihan menulis terebut nampaknya secara khusus menguntungkan para mahasiswi yg cenderung percaya dengan stereotipe negatif bahwa para laki-laki lebih baik dalam fisika, kata para peneliti.

Faktanya, kesadaran mengenai jurang pemisah gender ini sanggup secara negatif mempengaruhi performa para perempuan dalam ujian fisika mereka. Namun latihan menulis yg agak sederhana ini yg difokuskan pada mereafirmasi nilai inti individual, ternyata mempersempit jurang pemisah tersebut & menyeimbangkan ruang gerak bagi para perempuan yg mendapati diri mereka berada dalam demografis (gender) yg sering distereotipekan ini.

Menurut pan&gan penelitian mereka, Akira Miyake dari Universitas Colorado di Boulder bersama para kolega di Colorado & California mengimplikasikan bahwa latihan-latihan afirmasi nilai yg serupa kemungkinan sanggup membantu menutup jurang pemisah gender lebih akrab lagi. Penelitian mereka dipublikasikan di jurnal Science edisi 26 November yg dipublikasikan oleh AAAS, organisasi nirlaba sains.

"Pengantar mata kuliah yg kami pemeriksaan dalam penelitian ini diperuntukkan bagi mahasiswa/i yg berencana menggeluti bi&g sains," tutur Miyake. "Jadi, para perempuan dalam mata kuliah tersebut mungkin: menguasai dengan baik pelajaran-pelajaran sains SMA, tertarik dengan sains, & sangat termotivasi untuk mengerjakan dengan baik. Faktanya bahwa pengurangan besar dalam jurang pemisah gender bagi para perempuan yg sudah tidak lagi terpengaruh dengan stereotipe tersebut, memberitahukan kau bahwa beberapa proses psikologis mempengaruhi performa para perempuan dalam ujian & betapa kuatnya dampak tersebut."

Eksperimen gres ini menindaklanjuti penelitian sebelumnya oleh para peneliti yg sama wacana efek-efek jangka panjang positif dari latihan menulis serupa terhadap para pelajar Amerika ras Afrika kelas tujuh di sekolah negeri.

Dalam penelitian baru, Miyake & para koleganya menguji 399 mahasiswa & mahasiswi dalam kelas pengantar fisika. Selama ahad pertama & keempat, para peneliti meminta kelompok mahasiswa/i yg dipilah secara acak untuk menuliskan nilai-nilai langsung penting mereka, menyerupai teman-teman & keluarga, selama 15 menit. Mahasiswa/i lainnya secara acak ditempatkan dalam sebuah kelompok kontrol & diminta untuk menulis nilai-nilai langsung mereka yg paling kurang penting serta menjelaskan mengapa mereka mungkin penting bagi orang lain.

Latihan afirmasi nilai ternyata menjadi intervesi yg memberi impian yg nampaknya menyediakan dorongan yg bisa, diukur bagi perempuan (tapi tidak untuk pria) baik selama ujian pilihan gkamu dalam kelas maupun ujian nasional mengenai penguasaan konseptual fisika, kata para peneliti.

Latihan menulis membantu mereduksi perbedaan antara performa akademik laki-laki & perempuan dalam kelas fisika selama 15 minggu. Lebih banyak perempuan memperoleh nilai B dalam kelompok afirmasi ketimbang yg ada dalam kelompok kontrol, & lebih banyak perempuan yg mendapat nilai C di kelompok kontrol ketimbang yg ada di kelompok afirmasi. Hasil dari survey yg diberikan kepada para mahasiswa/i mengindikasikan bahwa hasil peningkatan akademik paling terperinci terlihat pada para perempuan yg meyakini bahwa para laki-laki umumnya lebih baik dalam fisika. Pada kelompok kontrol, nilai ujian para perempuan cenderung menurun dikala tingkat legalisasi terhadap stereotipe tersebut meningkat. Namun, hu.bungan negatif antara legalisasi stereotipe & nilai ujian ini tidak ditemukan pada kelompok afirmasi. Miyake mengatakan: "Hasil ini memberitahukan kita bahwa menulis karangan afirmasi diri meningkatkan performa ujian para perempuan dengan cara mengurangi keresahan mereka yg berhu.bungan dengan sudut pan&g negatif stereotipe wacana para perempuan dalam sains."

"Baygkan mendapat nilai B dalam kelas tersebut bukannya C," tutur Miyake. "Perbedaan tersebut secara psikologis besar bagi para perempuan yg ingin menggeluti bi&g sains, sekalipun karir dalam sains. Hal tersebut memperlihatkan kau dorongan percaya diri sangat besar & mungkin memotivasi kau untuk mengambil lebih banyak mata kuliah sains."

"Walaupun inovasi kami memberi harapan, saya ingin mengingatkan bahwa nilai-nilai intervensi afirmasi bukanlah sebuah peluru perak yg secara asing buat jurang pemisah gender lenyap sama sekali," simpul Miyake. "Situasinya lebih rumit dari itu, & ada banyak faktor yg mempengaruhi jurang pemisah gender pada beberapa disiplin ilmu. Namun, nilai-nilai intervensi afirmasi ini memberi impian terlebih lagi jikalau digabungkan dengan sejenis reformasi pendidikan yg diketahui meningkatkan proses mencar ilmu semua mahasiswa/i. Asalkan kami membuat kesempatan-kesempatan kaya mencar ilmu bagi semua mahasiswa/i, intervensi-intervensi psikologis menyerupai ini bisa, membantu mengakibatkan banyak sekali mata kuliah sains yg menantang & mungkin angker ini lebih kurang angker & lebih bisa, diakses oleh sebagian besar populasi mahasiswa/i, sesuatu yg belum pernah terjadi juga dipersiapkan / didukung dalam lingukangan-lingkungan ini."

http://www.aaas.org/
https://agpolicysoup.blogspot.com/search?q=psikologi">Psikologi Informasi Terkait:

Loading