Bom Populasi, Bagaimana Kita Bertahan Terhadapnya
Minggu, 4 Mei 2025

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Bom Populasi, Bagaimana Kita Bertahan Terhadapnya

Tuesday, April 2, 2019

Populasi dunia akan mencapai 7 milyar tahun ini yg memperlihatkan kekhawatiran apakah dunia akan segera menghadapi krisis populasi besar.

 milyar tahun ini yg memperlihatkan kekhawatiran apakah dunia akan segera menghadapi krisis  Bom Populasi, Bagaimana Kita Bertahan Terhadapnya

"Meskipun 50 tahun pertanaman populasi tercepat yg terekam, dunia melaksanakan dengan sangat baik dalam menghasilkan bahan2 pangan yg cukup & mengurangi kemiskinan," kata ekonom Universitas Michigan David Lam, dalam pidato presidensialnya di pertemuan tahunan the Population Association of America. Demikian ibarat yg dilansir oleh Physorg jumat kemarin (01/04/11).

Lam merupakan seorang profesor ekonomi & profesor peneliti di Institut Penelitian Sosial Universitas Michigan. Ceramahnya berjudul "How the World Survived the Population Bomb: Lessons from 50 Years of Exceptional Demographic History."

Pada tahun 1968, dikala buku Paul Ehrlich berjudul "The Population Bomb," memicu alarm wacana efek dari cepatnya pertanaman populasi dunia, rasio pertanaman sekitar 2 persen & populasi dunia menjadi dua kali lipat dalam 39 tahun antara 1960 & 1999.

Menurut Lam, hal tersebut merupakan sesuatu yg tak pernah terjadi sebelumnya & tak akan pernah terjadi lagi.

"Sebenarnya tak ada pertanyaan bahwa rasio pertanaman populasi dunia akan terus menurun," tutur Lam. "Rasionya hanya akan sedemikian alasannya ialah momentum populasi, dengan banyaknya perempuan berusia subur di negara-negara berkembang alasannya ialah cepatnya pertanaman populasi pada dekade sebelumnya."

Lam membicarakan sejumlah faktor yg bekerja sama untuk mengurangi efek kenaikan populasi. Di antara kekuatan ekonomi, ia menyebutkan revolusi hijau, yg dimulai oleh peraih hadiah nobel Norman Borlaug, yg menaikkan produksi per kapita masakan dunia sebanyak 41 persen antara tahun 1960 & 2009.

"Kita telah melalui periode-periode rasio pertanaman yg sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya, & meskipun demikian prosuksi pangan meningkat bahkan lebih cepat dari populasi & rasio kemiskinan menurun secara substansial," katanya.

Kapasitas kota-kota untuk menyerap pertanaman populasi dunia merupakan alasan utama lainnya yg buat dunia sanggup menggkamukan populasinya dalam 40 tahun terakhir tanpa memicu kelaparan masal / kenaikan tingkat kemiskinan, kata Lam kepada pendengarnya. Seiring dengan urbanisasi, Lam menunjuk efek dari penurunan berkelanjutan kesuburan & kenaikan investasi dalam bi&g pendidikan & kesejahteraan anak-anak.

Pekerjaan yg dilakukan Lam di Brasil dengan ISR social demographer Leticia Marteleto memperlihatkan kenaikan se&g 4,3 tahun sekolah di antara usia 16-17 tahun dari tahun 1960 sampai 2000.

"Kenaikan ini terang melibatkan lebih dari sekadar pengurangan ukuran keluarga," kata Lam. "Sebagai contoh, bawah umur yg mempunyai 10 saudara kandung pada tahun 2000 lebih banyak sekolah daripada bawah umur dengan seorang saudara kandung pada tahun 1960.

"Tak ada pendidikan Norman Borlaug untuk menjelaskan bagamana sekolah berkembang baik di negara-negara berkembang selama periode di mana populasi usia sekolah seringkali bertumbuh pada angka 3 / 4 persen dalam satu tahun. Ini merupakan salah satu dari aneka macam pencapaian 50 tahun terakhir yg layak dicermati & dibanggakan.

Dalam kesimpulannya, Lam memberikan pada pendengarnya, "Tantangan-tantangan yg kita hadapi mengejutkan. Akan tetapi tantangan-tantangan tersebut tak berarti apa-apa kalau dibandingkan dengan tantangan-tantangan yg kita hadapi di tahun 1960an."

Kategori Terkait:

Loading